BBS.COM | SERANG– Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Serang untuk membongkar Pasar Induk Rau (PIR) mendapat penolakan dari para pedagang. Sebagai pasar Inpres terbesar di Kota Serang, PIR dinilai masih layak digunakan sehingga pembongkaran dianggap tidak rasional dan sarat kepentingan bisnis.
Pengurus Himpunan Pedagang Pasar Induk Rau (HIMPAS), Aeng Haerudin, menegaskan bahwa kondisi bangunan PIR masih tergolong baik dan hanya membutuhkan perbaikan ringan.
“Pasar Induk Rau ini masih tergolong muda dan masih layak. Hanya perlu sentuhan berupa renovasi dan penataan. Selesai masalahnya,” ujar Aeng. pada Kamis (18/9/)
Ia menyebutkan bahwa HIMPAS bersama para pedagang telah beberapa kali melakukan audiensi dengan Pemkot Serang untuk menyampaikan masukan. Mereka meminta agar rencana pembongkaran dikaji ulang secara komprehensif. Dengan mempertimbangkan kelayakan fisik bangunan. Dan dampaknya terhadap pedagang.
“Kami sudah beberapa kali audiensi. Kami punya alasan kuat bahwa konstruksi utama PIR masih sangat layak. Harusnya ini jadi pertimbangan serius,” tegasnya.
Penolakan serupa juga disampaikan oleh salah satu pedagang, Habib Saleh. Ia menilai langkah Pemkot tidak berpihak kepada pedagang kecil dan justru menimbulkan kecurigaan akan adanya kepentingan lain di balik rencana tersebut.
“Kami ini seperti dijadikan kelinci percobaan dan objek bisnis. Pasar ini masih layak secara konstruksi hingga 50 tahun ke depan. Hanya perlu perawatan, bukan dibongkar,” ungkap Habib.
Menurutnya, Pemkot seharusnya bisa memaksimalkan potensi pasar setelah pengelolaannya kembali dari pihak ketiga ke pemerintah daerah. Pembongkaran yang dilakukan terlalu dini. Justru menimbulkan ketidakpercayaan publik.
“Setelah dikembalikan dari pihak ketiga, pemerintah seharusnya mengelola pasar ini untuk mendongkrak pendapatan daerah. Kalau malah langsung dibongkar, itu tidak proporsional dan terkesan hanya mengejar keuntungan bisnis, bukan keberpihakan pada rakyat,” pungkasnya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, mayoritas pedagang PIR sepakat menolak rencana pembongkaran. Mereka mendorong alternatif solusi berupa renovasi dan penataan. Yang dianggap lebih realistis dan tidak memberatkan pedagang.
(Suheli)