Berita Health & Fitness Kesehatan Viral
Beranda » Berita » Polemik Seleksi Pegawai RSUD Labuan dan RSUD Cilograng: Antara Fakta dan Opini Liar

Polemik Seleksi Pegawai RSUD Labuan dan RSUD Cilograng: Antara Fakta dan Opini Liar

Polemik Seleksi Pegawai RSUD Labuan dan RSUD Cilograng: Antara Fakta dan Opini Liar

BBS.COM | SERANG, BANTEN – Polemik Seleksi Pegawai RSUD Labuan dan RSUD Cilograng: Antara Fakta dan Opini Liar. Proses rekrutmen pegawai di RSUD Labuan dan RSUD Cilograng menuai sorotan publik. Namun, penting untuk memisahkan kritik yang berdasar dari opini liar tanpa bukti yang berpotensi merusak kepercayaan terhadap institusi publik.

Sistem Seleksi Pegawai: Transparan dan Teruji

Rekrutmen ini menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT), sebuah metode seleksi berbasis komputer yang menjamin transparansi dan objektivitas. Setiap peserta menerima hasil ujian secara real-time, sehingga ruang intervensi manual hampir tidak mungkin terjadi.

CAT di rancang untuk meminimalkan manipulasi dan menjaga akuntabilitas. Oleh karena itu, tuduhan adanya kecurangan skor seharusnya di buktikan melalui jalur hukum atau forensik digital, bukan lewat narasi spekulatif di media sosial.

Afirmasi Domisili: Kebijakan Bukan Diskriminasi

Isu afirmasi domisili juga menjadi sorotan. Perlu di pahami bahwa afirmasi bukanlah bentuk diskriminasi, tetapi kebijakan afirmatif yang sifatnya terbatas. Tambahan skor yang di berikan tidak serta-merta menggugurkan peserta lain secara drastis.

Narasi “nilai tinggi tapi tidak lolos” seringkali tidak menyertakan informasi lengkap, seperti peringkat akhir peserta atau total komponen nilai yang di hitung. Tanpa data tersebut, klaim semacam itu tidak lebih dari potongan cerita yang menyesatkan.

Festival Olahraga Getar 1 Meriahkan HUT ke-80 RI di Yayasan Permata Azzikri

Ruang Sanggah Resmi Terbuka, Bukan Ruang Opini Tak Bertanggung Jawab

Panitia seleksi telah menyediakan ruang sanggah resmi, yang semestinya di manfaatkan oleh peserta untuk menyampaikan keberatan. Sayangnya, sebagian justru memilih menggunakan opini media sebagai alat tekanan.

Ini bukan bentuk kontrol sosial yang sehat, melainkan delegitimasi prosedur yang sah. Kritik memang dibutuhkan dalam demokrasi, namun harus disampaikan dengan data, bukti, dan melalui kanal yang tepat.

Meritokrasi Harus Dijaga, Bukan Dirusak

Menuduh sistem seleksi sebagai bentuk kolusi dan nepotisme tanpa bukti adalah bentuk kekerasan simbolik terhadap prinsip meritokrasi. Ribuan peserta telah berkompetisi secara jujur. Mendelegitimasi hasil hanya karena tidak sesuai harapan pribadi adalah tindakan tidak etis.

Tuduhan bahwa RSUD menjadi “sarang KKN” juga tidak berdasar jika tidak diikuti oleh audit resmi atau temuan pelanggaran hukum. Label tanpa dasar seperti itu berpotensi menjadi fitnah terbuka yang merugikan institusi dan masyarakat luas.

Kritik Sehat Butuh Data, Bukan Asumsi

Demokrasi memberi ruang untuk kritik, tapi kritik yang bertanggung jawab lahir dari fakta, metodologi, dan niat baik untuk memperbaiki. Bukan dari amarah, tekanan massa, atau kepentingan pragmatis.

Peringati HUT ke-80 RI, Camat Sukamulya dan Forkopimcam Ziarah ke Makam Nyi Mas Melati

Bagi pihak yang merasa dirugikan, ajukan bukti, bukan asumsi. Transparansi tidak lahir dari tekanan populis, tetapi dari keberanian untuk menguji sistem secara legal dan logis.

(Suheli IWO-I Kabser)

Berita Populer

01

Pembangunan SMP Negeri 5 Curug Tertunda, Oknum Perangkat Desa Diduga Lakukan Pemerasan

02

Pemkab Tangerang Implementasikan Aplikasi Real Time Pengelolaan Dana Desa

03

Integritas Gubernur Banten Diuji dalam Proses Pengisian Jabatan Sekda

04

Pelantikan PJS Rokan Hulu: Perkuat Peran Jurnalis Media Online di Daerah

05

Kabupaten Tangerang Cetak Rekor! Investasi 2024 Tembus Rp26,2 Triliun

Kalender

Agustus 2025
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031