BBS.COM | SERANG, Kamis 16 Oktober 2025 — Pasar Ciomas dan Ritme Sepinya di Hari Biasa. Matahari belum terlalu tinggi saat deretan lapak di Pasar Tradisional Ciomas mulai terlihat lengang. Kamis pagi itu, sebagian besar kios tutup, dan hanya beberapa pedagang yang tampak bersandar di balik meja dagangan mereka — menunggu, meski harapan datangnya pembeli terasa tipis.
Pasar yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang ini memang hanya benar-benar “hidup” pada dua hari dalam sepekan: Selasa dan Sabtu. Di dua hari itu, suasana pasar berubah drastis. Lorong-lorong sempit dipadati warga dari berbagai desa, suara tawar-menawar bersahutan, dan aroma bumbu serta sayuran segar memenuhi udara.

Namun, di luar dua hari tersebut, pasar seperti kehilangan denyutnya.
“Kalau hari biasa ya begini, sepi. Jangankan ramai, kadang satu dua pembeli pun jarang datang,” kata Jul, seorang pedagang ayam yang tetap membuka lapaknya meski sadar omsetnya tidak akan sebaik hari pasar. “Jelas penjualan turun jauh dibandingkan hari pasar.”
Pedagang sayuran yang tak ingin disebutkan namanya mengangguk membenarkan. Ia mengatakan, di hari pasar pengunjung bisa memadati pasar hingga lewat tengah hari. Tapi di hari biasa, bahkan sebelum jam 10 pagi, sebagian besar pasar sudah mulai sunyi.
“Kalau ada acara keagamaan, biasanya baru ramai. Itu pun karena banyak warga dari desa-desa lain yang datang sekalian belanja,” ujarnya.
Para pedagang di Pasar Ciomas mengaku sudah terbiasa dengan ritme semacam ini. Mereka memahami bahwa kondisi ekonomi, kebiasaan masyarakat, hingga jadwal pasar tradisional menjadi faktor utama sepinya pembeli di luar hari pasar.
Naik-turunnya omset sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sebagai pedagang pasar. Meski begitu, mereka tetap berharap suatu saat pasar bisa lebih ramai di hari-hari biasa, agar denyut ekonomi kecil di wilayah ini tetap bisa bertahan.
(Suheli)