BBS.COM | TANGERANG , 23 Maret 2025 – Ramadhan Fest Asy-Syarif BSD: Peran Literasi Digital dalam Meningkatkan Dakwah. Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Asy-Syarif BSD sukses menggelar Talkshow Spesial Ramadhan ke-7 bertajuk. “Menjadi Penulis Rabbani di Era Digital” sebagai bagian dari rangkaian acara Ramadhan Fest Asy-Syarif. Acara yang berlangsung di Teras Dakwah (Tanoshi Coffee) Masjid Asy-Syarif Al-Azhar BSD ini bertujuan untuk meningkatkan budaya literasi. Serta memperkenalkan komunitas dan program baru yang mendukung kemakmuran masjid.
Membangun Budaya Literasi dan Kolaborasi Komunitas
Talkshow ini di hadiri oleh lebih dari 30 peserta dari berbagai komunitas literasi dan Taman Baca Masyarakat (TBM) di Provinsi Banten. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya membangun sinergi antar komunitas, khususnya dalam mendukung gerakan “Ayo Kembali ke Masjid” serta rencana pembangunan Taman Baca di Masjid untuk meningkatkan minat baca masyarakat.
Ketua Bidang Pendidikan, Pembinaan Pemuda, dan Remaja DKM Asy-Syarif BSD, Irwan Bachtiar, menegaskan bahwa masjid harus menjadi pusat kegiatan keilmuan dan literasi.
“Kami membangun Teras Dakwah ini sebagai tempat berkumpulnya berbagai komunitas dengan tujuan utama memakmurkan masjid. Kami juga berencana membangun Taman Baca di Masjid untuk meningkatkan budaya literasi di masyarakat,” ungkapnya.
Narasumber Ahli di Bidang Literasi dan Digital
Talkshow ini menghadirkan tiga narasumber inspiratif:
- Herlina Mustikasari – Ketua Umum Komunitas Masyarakat Gemar Membaca (MAGMA) Kota Tangerang Selatan dan Pengurus Pusat Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB).
- Kang Taufiq – Ketua Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Provinsi Banten.
- Ahmad Zakaria – Wakil Ketua Pengurus Daerah (PD) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Tangerang Selatan.
Herlina Mustikasari menekankan pentingnya literasi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Menurutnya, menulis adalah level tertinggi dalam kemampuan berbahasa dan harus terus di kembangkan.
“Kami telah membangun lebih dari 150 Taman Baca Masyarakat (TBM) yang melahirkan banyak penulis baru. Mereka menghasilkan karya berbentuk buku fiksi, non-fiksi, cerpen, hingga puisi,” ujarnya.
Kang Taufiq membahas keterkaitan antara jejak digital dan catatan amal, mengingatkan bahwa karya yang di unggah ke dunia maya bersifat abadi.
“Pepatah mengatakan, ‘Ikatlah ilmu dengan tulisan’ dan ‘Menulislah maka engkau abadi’. Di era digital ini, kita perlu membuat konten positif yang mudah diakses masyarakat, termasuk melalui platform seperti TikTok,” jelasnya.
Sementara itu, Ahmad Zakaria mengaitkan pentingnya literasi dengan ajaran Islam, mengingat ayat pertama yang di turunkan dalam Al-Qur’an adalah perintah membaca (Iqra’).
“Para ulama terdahulu sangat menghormati ilmu. Mereka tidak menulis tanpa berwudhu dan selalu memulai dengan doa. Kita juga harus menghormati ilmu dengan cara yang sama,” tuturnya.
Lima Poin Kesimpulan Talkshow
Acara ini menghasilkan lima kesimpulan utama yang dapat di terapkan oleh masyarakat:
- Menulis dan Berkarya – Mulailah menulis dari hal kecil dan sederhana secara konsisten, meskipun hanya berupa status media sosial atau cuitan pendek.
- Manfaatkan Platform Digital – Gunakan berbagai platform untuk memperluas jangkauan literasi dan dakwah.
- Digitalisasi Karya – Simpan dan sebarkan tulisan dalam bentuk digital agar lebih mudah di akses oleh banyak orang.
- Adaptasi ke Multimedia – Ubah tulisan menjadi konten video atau audio agar lebih menarik bagi generasi digital.
- Bangun Budaya Literasi Digital – Tingkatkan edukasi literasi digital agar masyarakat lebih bijak dalam menggunakan teknologi.
(Sul)