BBS.COM | SERANG – Balai Rehabilitasi Kemanusiaan: Sinergi Nyata Selamatkan Generasi dari Jerat Narkoba. KH. Embay Mulya Syarief, Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (PBMA), menghibahkan lahan seluas 6 hektar di Desa Kadu Beureum, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Lahan ini akan menjadi lokasi pembangunan Balai Rehabilitasi Korban Pengguna Narkoba, yang mengusung pendekatan holistik: medis, sosial, dan spiritual.
Peninjauan lokasi dilakukan langsung oleh KH. Embay bersama Kepala BNN RI Komjen Pol. Drs. Suyudi Ario Seto, M.Si., Gubernur Banten Andra Soni, dan sejumlah pejabat lainnya. Kehadiran mereka menegaskan sinergi nyata antara negara, organisasi masyarakat, dan tokoh agama dalam penanganan narkoba secara manusiawi.
“Lahan hibah ini bukan sekadar simbol, tetapi manifestasi tanggung jawab moral dan spiritual,” ujar KH. Embay.
Tiga Pilar Pemulihan
Balai ini dirancang untuk menyembuhkan korban narkoba secara menyeluruh:
- Medis: Proses pengobatan dilakukan secara terkontrol dan terisolasi. Agar pasien tidak berinteraksi dengan jaringan pengedar.
- Sosial: Pasien dilibatkan dalam kegiatan produktif seperti bertani. Berkebun dan beternak. Lingkungan alami, termasuk Curug Cikotak, dimanfaatkan sebagai media terapi dan rekreasi.
- Spiritual: Bimbingan rohani diberikan sesuai keyakinan pasien, dengan pendampingan dari ustaz maupun pendeta. Menciptakan proses pemulihan yang inklusif dan menyentuh jiwa.
Seluruh layanan diberikan gratis dan ditanggung negara. Menegaskan bahwa rehabilitasi adalah hak setiap warga negara, bukan hak istimewa.
Paradigma Baru Penanganan Narkoba
Balai ini menghadirkan paradigma baru: rehabilitasi sebagai aksi cinta, bukan hukuman. Korban narkoba tidak boleh distigma, melainkan diberi kesempatan untuk kembali menjadi insan ang sehat dan produktif.
“Yang harus diperangi adalah bandar dan pengedar. Pengguna adalah korban yang harus kita rangkul dan selamatkan,” tegas Komjen Pol. Suyudi.
KH. Embay menambahkan, pendirian balai ini murni untuk kemanusiaan, bukan demi citra atau kepentingan politik. Harapannya, balai ini akan menjadi laboratorium sosial tempat pasien membangun keterampilan, nilai moral, dan kekuatan spiritual.
Simbol Kepedulian dan Harapan
Balai Rehabilitasi Kadu Beureum adalah bukti bahwa penyelamatan generasi bukan tugas satu pihak, melainkan tanggung jawab bersama. Integrasi antara pendekatan medis, sosial, dan spiritual ini diharapkan menjadi model nasional. Bahkan inspirasi global dalam penanganan korban narkoba.
“Kita nyalakan kembali cahaya yang sempat redup, membangun generasi yang sempat hilang arah—dengan kepedulian, keadilan, dan kasih sayang,” pungkas KH. Embay.
Dengan sinergi yang kuat, Indonesia membuktikan bahwa kemanusiaan adalah kekuatan sejati dalam menyelamatkan masa depan bangsa.
(Suheli)